Rupanya Seperti Ini Cara Tes Keperawanan Calon Polwan, Duh Ngerinya..
|
, - WIB
|
Tes calon Polwan
|
TERKAIT:
Makassar (RiauEksis.Com) - Andreas Harsono, peneliti Human Right Watch mewawancarai sejumlah perempuan di enam kota besar di Indonesia yakni Makassar, Bandung, Jakarta, Padang, Medan, dan Pekanbaru.
Pertanyaannya adalah bagaimana para narasumber ini menjalani tes keperawanan saat mengikuti tes Polwan. Dan kota pertama yang dikunjungi adalah Makassar. Hasilnya sungguh mencengangkan.
"Sakit sampai ada yang pingsan," kata Siti, nama samaran salah seorang narasumber Andreas Harsono di Makassar dalam video Human Right Watch yang diunggah di Youtube.
Siti mengatakan waktu itu dia mendaftar tahun 2008. Semua peserta harus ikut tes kesehatan dan tes keperawanan.
Sekitar 20 orang dimasukkan dalam satu ruangan. Kemudian disuruh buka pakaian dalam waktu tiga menit. Diperiksa bagian tubuh seperti mata, hidung, mulut dan anggota tubuh lainnya.
Saat pemeriksaan ambeien, peserta disuruh buka celana dengan posisi nungging. Setelah itu dimasukkan lagi ke dalam ruangan untuk tes keperawanan. Petugas memasukkan dua jari dengan bantuan gel. "Rasanya sakit sekali," kata Siti.
Saat itu, Siti mengaku sangat malu karena ruangan pemeriksaannya terbuka. Jadi sesama peserta bisa saling melihat. "Padahal ini pribadi sekali. Rasanya malu sekali dan merasakan sakit lagi," katanya.
Menurut Siti, tes keperawanan sebenarnya tidak perlu. Karena tidak ada kaitannya dengan tugas kepolisian. Lebih baik memeriksa penyakit dalam yang mungkin diderita peserta. "Karena bisa berdampak pada saat latihan," katanya.
Andreas meminta semua perempuan yang ikut seleksi Polwan tidak melakukan tes ini karena melanggar hukum. Pada zaman Kapolri Jendral Badrodin Haiti, sudah ada telegram yang memerintahkan tes keperawanan dihilangkan. "Apapun tes yang menyentuh vagina tidak boleh dilakukan," kata Andreas, Senin (29/8/16)
Menurutnya, organisasi kesehatan dunia WHO juga sudah mengeluarkan pernyataan bahwa secara ilmiah keperawanan tidak bisa dibuktikan dengan melakukan tes keperawanan. "Karena ada orang sudah menikah tapi selaput daranya masih ada," kata Andreas.
Ada tidaknya selaput dara perempuan juga bisa dipengaruhi oleh banyak hal. Seperti pernah terjatuh atau sering berolahraga. "Kenapa juga hanya tes keperawanan, sementara tes keperjakaan tidak dilakukan," kata Andreas. (re)
sumber: makassarterkini.com