Senin, 31/08/20
 
Pensiunan Polisi Ini Membunuh 200-an Orang Saat Menjadi Pasukan Jagal?

ad | Internasional
Selasa, 07/03/2017 - 01:29:30 WIB
Arturo Lascanas saat menyampaikan pengakuannya pada rapat dengar pendapat dengan senat
TERKAIT:
   
 
Manila (RiauEksis.Com) - Arturo Lascanas, seorang pensiunan polisi Filipina mengaku membunuh 200-an orang saat menjadi anggota pasukan jagal di bawah Presiden Filipina, Rodrigo Duterte ketika masih menjabat wali kota Davao.

Pengakuan itu disampaikannya dalam dengar pendapat dengan Senat pada Senin (6/3/17). Arturo Lascanas mengaku berbohong pada sidang sama untuk menyelidiki pembunuhan di luar hukum di bawah Duterte pada Oktober.

Dia terpaksa berbohong karena khawatir akan keselamatan keluarganya dan mendapat perintah dari kepolisian untuk membantah semua hal.

Lascanas mengatakan membunuh 300 orang, sekitar 200 di antaranya saat menjadi anggota pasukan jagal Davao. Dia terakhir kali menewaskan orang pada 2015.

Selain itu, Lascanas juga mengungkap dua pembunuhan yang dia lakukan terhadap pengkritik Duterte setelah mendapat instruksi dari seorang pengawal Duterte yang saat itu masih menjadi wali kota.

Lascanas, yang sempat menangis di depan media saat pertama kalinya mengungkap cerita rahasianya dua pekan lalu, adalah orang kedua yang bersaksi di hadapan Senat terkait dugaan keterlibatan Duterte terhadap pasukan jagal antinarkoba.

Pembela Duterte menolak tudingan tersebut dan menyebutnya sebagai rekayasa untuk merongrong sang pemimpin dan kebijakan antinarkobanya.

"Saya khawatir akan keselamatan orang-orang yang saya cintai," kata Lascanas saat ditanya mengapa dia dulu berbohong mengenai keberadaan pasukan jagal.

Duterte sendiri telah berulangkali membantah telah terlibat dalam pembunuhan ekstrajudisial, baik sebagai presiden maupun selama 22 tahun menjabat sebagai wali kota Davao.

Kepala Kepolisian Nasional Ronald Dela Rosa, mantan kepala polisi kota Davao di bawah Duterte, menyebut keberadaan pasukan jagal tersebut sebagai mitos yang diciptakan oleh media.

Sementara itu, sejumlah kelompok pembela hak asasi manusia telah mendokumentasikan sekitar 1.400 pembunuhan mencurigakan di Davao saat Duterte masih menjadi wali kota. Mereka juga mengkritik kebijakan perang narkoba yang menimbulkan efek yang sama.

Sebelumnya, beberapa penyelidikan tidak menemukan bukti adanya hubungan antara Duterte dengan kasus-kasus tersebut. Lebih dari 8.000 orang telah tewas di Filipina sejak Duterte menjabat sebagai presiden delapan bulan lalu.

Sebagian besar di antara korban adalah pengguna narkoba yang tewas di tangan sekelompok orang bersenjata misterius.

Polisi menolak tudingan pegiat, yang mengatakan mereka mendalangi pembunuhan di luar hukum tersebut. Mereka hanya mengaku bertanggung jawab terhadap 2.555 dari perkara itu, terutama saat terduga menolak penangkapan.


sumber: antaranews.com






Berita Lainnya :
 
  • PHR Berhasil Tambah Produksi Minyak dari Lapangan Tua Blok Rokan
  • Wiwik Widaningsih dan Pengurus PWI Siak Periode 2023-2026 Resmi Dilantik
  • Yayasan Kemala Bhayangkari Polda Riau Gelar Syukuran HUT ke-44 dan Dukung Program Generasi Emas 2045
  • PWI Riau Terima Surat Dukungan Resmi untuk HPN 2025 Oleh Pemprov Riau
  • Antusias Siswa SMA Pekanbaru Mengenal Asal Usul Migas Lewat PHR Journey Room
  • Buka Perlombaan PP-PAUD se-Provinsi Riau, Berikut Pesan Adrias Hariyanto
  • Munas BEM SI Ke-XVII, Kapolda Riau : Momentum Calon Pemimpin Masa Depan Berdiskusi untuk Bangsa dan Negara
  • Sepakat Lahirkan Kembali BUMD, Pansus BLJ Optimis Terbitkan Perda Baru
  • Sesuai Mekanisme yang Berlaku, Rekomendasi DPRD diterima oleh Pemkab Bengkalis
  •  
     
     
     
     
    Copyright © 2014-2016
    PT. Surya Cahaya Indonesia,
    All Rights Reserved