Senin, 31/08/20
 
Pekerja Di Jakarta Kembali Bekerja Keluhkan Mata Perih

Putra | Nasional
Kamis, 23/05/2019 - 10:42:52 WIB
foto internet
TERKAIT:
   
 
RiauEksis.com - Usai ricuh Jakarta, pekerja kembali beraktivitas seperti biasa. Mereka pun memakai sapu tangan karena merasakan mata yang perih di daerah tersebut. Dalam Live Report 20detik, seorang pekerja yang berkantor di Kawasan MH Thamrin juga melaporkan mengalami mata perih saat berada di jalanan.

"Kemarin kerja setengah hari, suasana sih kita lihat sudah kondusif... (mengapa pakai sapu tangan) soalnya debu, sama agak perih mata, mata masih perih," ungkap Cahyadi.

Mengenai efek gas air mata, komponen pembentuknya bisa bermacam-macam. Efek bertahannya pun juga bergantung dari zat yang digunakan.

Sven-Eric Jordt, ahli anestesi di Universitas Duke telah mempelajari gas air mata selama lebih dari satu dekade, ia pun menjelaskan kalau gas air mata sendiri sebenarnya bukan gas. Ini adalah bubuk yang mengembang ke udara sebagai kabut halus.

"Saya menganggap gas air mata sebagai gas rasa sakit, karena secara langsung mengaktifkan reseptor rasa sakit," kata Jordt.

Secara khusus, semua agen gas air mata mengaktifkan salah satu dari dua reseptor rasa sakit, TRPA1 atau TRPV1, dan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori besar berdasarkan yang mana dari reseptor yang mereka aktifkan.

Kategori pertama, agen pengaktif TRPA1, termasuk bahan kimia yang disebut 2-chlorobenzalmalonitrile atau gas CS. Agen ini adalah senyawa yang mengandung klor yang bertiup ke udara sebagai partikel halus.

"Mereka sebenarnya tersebar dengan membakar serta menempel pada kulit atau pakaian dan dapat bertahan untuk sementara waktu," ujar Jordt. Agen ini bereaksi secara kimia dengan biomolekul dan protein pada tubuh manusia yang mana dapat menyebabkan sensasi terbakar teramat sangat.

Gas CS adalah yang paling umum dari agen pengaktif TRPA1 ini, tetapi, baru-baru ini, banyak aparat penegak hukum yang telah mulai menggunakan senyawa yang lebih baru, menurut penjelasan Rohini Haar, ilmuwan kesehatan masyarakat di University of California, Berkeley.

"Semakin banyak, ada versi tingkat yang lebih tinggi yang disebut CS2 atau kadang-kadang CX," ujarnya dikutip dari Scientific American.

"Mereka (mengandung silikon) sehingga dapat bertahan lebih lama di lingkungan dan tidak hancur dengan cepat." Hasilnya adalah gas air mata yang lebih berbahaya yang dapat terus mempengaruhi suatu daerah selama beberapa hari.

Ada dua agen pengaktif TRPA1 lain yang digunakan untuk pengendalian huru-hara: gas CR (dibenzoxazepine) dan gas CN (kloroasetofenon). Keduanya lebih kuat daripada gas CS menurut penjelasan Jordt.****(ptr)





Berita Lainnya :
 
  • Pemprov Riau Gelar Upacara Peringatan Hari Otonomi Daerah ke-28
  • 5.274 JCH Riau Mulai Diberangkatkan 12 Mei 2024
  • Kapolda Riau adakan Halal Bihalal bersama PD IV KBPP POLRI dan IKAL Propinsi Riau
  • Lantik Pengurus PWI Kuansing, Raja Isyam : Jaga Nama Baik Organisasi dan Selalu Kritik
  • Lolos Semifinal Piala Asia U-23 2024, Indonesia Cetak Sejarah
  • Halal Bihalal Polresta Pekanbaru, 2 Personil Terima Tiket Umroh dari Kapolda Riau
  • Indosat Ooredoo Hutchison Catat Lonjakan Trafik Data Sebesar 17% Sepanjang Hari Raya Idulfitri
  • Menjelajah Dunia Migas di Dumai Expo 2024: Edukasi dan Kontribusi untuk Masa Depan
  • Hari Kartini, PHR Junjung Tinggi Kesetaraan dalam Berkontribusi Bagi Negeri
  •  
     
     
     
     
    Copyright © 2014-2016
    PT. Surya Cahaya Indonesia,
    All Rights Reserved