Jakarta (RiauEksis.Com) - Para nelayan dari Muara Angke mendatangi lokasi Pulau G yang berada di lepas pantai Jakarta Utara pada Minggu (17/4/16) . Mereka menggelar aksi penyegelan terhadap pulau buatan tersebut se"> Jakarta (RiauEksis.Com) - Para nelayan dari Muara Angke mendatangi lokasi Pulau G yang berada di lepas pantai Jakarta Utara " />


Senin, 31/08/20
 
Tiga Nelayan di Teluk Jakarta Tunjukkan Bukti Bahwa Ahok Berdusta

am | Olahraga
Senin, 18/04/2016 - 01:26:36 WIB
Ribuan warga menyegel Pulau G
TERKAIT:
   
 
Jakarta (RiauEksis.Com) - Para nelayan dari Muara Angke mendatangi lokasi Pulau G yang berada di lepas pantai Jakarta Utara pada Minggu (17/4/16) . Mereka menggelar aksi penyegelan terhadap pulau buatan tersebut sebagai bentuk penolakan atas proyek reklamasi Teluk Jakarta.

Namun, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan, aksi penyegelan Pulau G itu bukan dilakukan oleh nelayan sungguhan. Ia berdalih kondisi perairan di Teluk Jakarta sudah kotor, sehingga tidak mungkin ada nelayan yang menangkap ikan di kawasan itu.

Komentar Ahok tersebut membuat para nelayan yang terlibat dalam aksi hari ini meradang. 

"Kami sudah berpuluh-puluh tahun menekuni profesi sebagai nelayan Teluk Jakarta. Sekarang Ahok dengan gampangnya menyebut kami bukan nelayan sungguhan. Apa maksudnya ini?" kata salah satu nelayan Muara Angke, Ismail Daeng Situru (66 tahun) saat berbincang dengan wartawan, Minggu (17/4).

Menurut dia, Ahok telah menyebarkan kebohongan dengan mengumbar informasi yang tidak benar terkait identitas para nelayan di pesisir utara Jakarta. Ia menilai bekas bupati Belitung Timur itu tengah berusaha melancarkan opini yang menyesatkan kepada publik, terutama warga Jakarta. 

Ismail sendiri mengaku sudah menjadi nelayan di Muara Angke dari tahun 1979. "Ahok jangan terus-terusan membohongi rakyat. Silakan cek KTP kami, baca baik-baik data pekerjaan kami yang tertera di situ," ucap pria itu.

Nelayan peserta aksi penyegelan Pulau G lainnya, Haji Sohari (52) menuturkan, ia sudah melaut di Teluk Jakarta sejak usia 17 tahun. Begitu juga dengan Khafidin (40), ia mengaku telah menekuni profesi nelayan di Muara Angke selama 26 tahun. 

Ketika wartawan meminta Ismail, Sohari, dan Khafidin menunjukkan KTP mereka sebagai bukti, ternyata di kolom pekerjaan pada kartu identitas tersebut memang dituliskan dengan jelas bahwa profesi mereka adalah nelayan/perikanan. Fakta itu sekaligus membantah tuduhan Ahok yang menyebut mereka bukan nelayan sungguhan.

Di tempat lain, Ketua Majelis Syuro DPP Partai Bulan Bintang (PBB), MS Kaban menuding Ahok membangun image seolah-olah tokoh yang sangat bersih. Bahkan menyerupai sosok Santo dalam agama Kristiani. Padahal, kata dia, kenyataannya banyak hal-hal yang tidak selalu seperti itu.

"Jadi sudah dibangun imej, manusia bersih, yang salah dibuat menjadi benar, yang keliru dibuat menjadi tidak keliru. Dibuat sedemikian rupa, seperti blaming game, orang bisa membolak-balik sebuah berita di media sosial, yang jelas-jelas menurut akal sehat itu keliru," ujar Kaban kepada wartawan, Minggu (17/4).

Untuk itu, Kaban mengajak segenap kader PBB merapatkan barisan. Menurut dia, tugas kader adalah mensosialisasikan supaya tetangga dan saudara di tengah masyarakat tahu, PBB tetap sebuah partai politik yang tidak pernah lalai. 
"PBB tidak pernah lari dari misi-misi perjuangan, ini penting," ujarnya sebagaimana telah disampaikan di Rakornas PBB 2016 di Sentul, Bogor pada 15-16 April.

Pernyataan Ahok yang menyebut alasan penggusuran warga Kampung Luar Batang di Jakarta Utara untuk meminimalisasi penyebaran penyakit tuberkulosis (TBC) juga pernah dikritik masyarakat setempat. 

Warga RT 03, RW 01, Luar Batang, Mustafa M Radja (48) mengatakan, Ahok berbicara tidak berdasarkan data dan fakta. Dia menuding Ahok telah menyebarkan isu yang menyesatkan.

"Ahok dapat laporan dari mana kalau warga di sini menyebarkan TBC? Jangan asal bicara saja," kata Mustafa kepada wartawan, Kamis (31/3).

Menurut Mustafa, Ahok seakan-akan tengah berusaha menggiring opini bahwa masyarakat Luar Batang selama ini menjadi biang penyebab munculnya permasalahan kesehatan di Kota Jakarta. Padahal, tuduhan itu tidak memiliki dasar yang ilmiah.

Menurut dia, pernyataan semacam itu justru menyinggung perasaan warga Luar Batang selaku rakyat yang sudah lama mendiami Ibu Kota. Sebelum membuat kesimpulan, kata Mustafa, Ahok seharusnya turun langsung ke lapangan untuk melihat sendiri realitas di masyarakat Luar Batang.

"Kami tunggu kedatangan Ahok di Luar Batang untuk membuktikan tuduhannya yang mengatakan masyarakat kami sebagai penyebar TBC," ujar Mustafa menantang.

Warga Luar Batang lainnya, H Baharuddin (45), menuturkan, Ahok sepertinya sedang berusaha mencari-cari pembenaran atas rencana penggusuran Luar Batang. Ia menilai, Ahok seolah-olah mau melindungi kesehatan rakyat kecil dengan kebijakan kontroversial tersebut. (re/rci) 
 





Berita Lainnya :
 
  • Pemprov Riau Gelar Upacara Peringatan Hari Otonomi Daerah ke-28
  • 5.274 JCH Riau Mulai Diberangkatkan 12 Mei 2024
  • Kapolda Riau adakan Halal Bihalal bersama PD IV KBPP POLRI dan IKAL Propinsi Riau
  • Lantik Pengurus PWI Kuansing, Raja Isyam : Jaga Nama Baik Organisasi dan Selalu Kritik
  • Lolos Semifinal Piala Asia U-23 2024, Indonesia Cetak Sejarah
  • Halal Bihalal Polresta Pekanbaru, 2 Personil Terima Tiket Umroh dari Kapolda Riau
  • Indosat Ooredoo Hutchison Catat Lonjakan Trafik Data Sebesar 17% Sepanjang Hari Raya Idulfitri
  • Menjelajah Dunia Migas di Dumai Expo 2024: Edukasi dan Kontribusi untuk Masa Depan
  • Hari Kartini, PHR Junjung Tinggi Kesetaraan dalam Berkontribusi Bagi Negeri
  •  
     
     
     
     
    Copyright © 2014-2016
    PT. Surya Cahaya Indonesia,
    All Rights Reserved