Senin, 31/08/20
 
Advertorial Pemkab Kampar
Belajar Program RTMPE, Petani Malaysia Bakal Banyak Datang Ke Kampar

Ditma | Advertorial
Senin, 30/05/2016 - 22:02:23 WIB
BUPATI Kampar, Jefry Noer bersama tamunya dari TNI menujukkan hasil panen bawang merah di lahan percontohan RTMPE Desa Kubang Jaya, Siak Hulu.
TERKAIT:
   
 
Siak Hulu (RiauEksis.Com) - Begitu Pemerintah Kabupaten Kampar membuat program Rumah Tangga mandiri Pangan dan Energi, secara perlahan namun pasti, gaungnya semakin menyusup ke berbagai daerah di Riau dan bahkan Nusantara.

Tak heran, program yang dicanangkan oleh Bupati Kampar, H Jefry Noer SH ini terus mendapat perhatian dari berbagai kalangan, baik dari masyarakat biasa, kalangan perusahaan mapun dari pejabat pemerintah pusat.

Tak terkecuali dari negara Malaysia. Pejabat negeri jiran ini bahkan menjadikan program RTMPE di Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar sebagai tempat belajar tentang program terbarukan untuk kesejahteraan rakyat.

Pemerintah negeri jiran itu tak butuh lama dalam berburu pengetahuan baru. Secara bergelombang, sejumlah petani dari negara tetangga itu berdatangan buat mempelajari teknik pertanian terpadu yang diklaim berbiaya murah, tidak membutuhkan lahan dalam skala luas dan dinyatakan memiliki tingkat keberhasilan tinggi.

Salah seorang peserta pelatihan bernama H Mohd Saadin Yusof ketika ditemui baru-baru ini menyatakan, program RTMPE di Kabupaten Kampar, Riau, telah memikat pihak Kerajaan Perak, Malaysia. Sebelumnya, informasi tentang keberadaan RTMPE itu telah diketahui melalui media massa.

BUPATI Kampar, Jefry Noer bersama sebagian peserta pelatihan RTMPE menunjukkan hasil panen bawang merah.

Pihak kerajaan yang tengah mencari inovasi baru dalam meningkatkan taraf hidup petani, kemudian berkali-kali mengirim utusan ke Kabupaten Kampar buat mengetahui persis program dimaksud.

"Program RTMPE menjadi pembicaraan di kalangan kerajaan termasuk pakar pertanian di negara saya. Setelah melalui pertimbangan matang, maka kami memutuskan untuk langsung belajar ke Kampar dengan cara mengirim petani. Untunglah pemerintah kabupaten tak pelit dalam berbagi ilmu. Bupati Kampar H Jefry Noer malah menyambut baik dan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk ikut dalam pelatihan," ucapnya.

Saadin Yusof yang menjabat sebagai Kepala Kampung atau setingkat kepala desa di negaranya, adalah bagian dari 22 orang peserta pelatihan RTMPE. Saat ditemui di areal pelatihan di kawasan Kubang Jaya, Kabupaten Kampar, Saadin sedemikian bersemangat.

Ia memprediksi bakal banyak lagi petani Malaysia yang akan mengikuti pelatihan karena program dirasa sangat efektif.

"Di negeri kami teknologi pertanian memang lebih maju. Namun penerapan teknologi terbentur biaya tinggi. Di kampung saya misalnya, petaninya banyak yang miskin dan tak sanggup menerapkan teknologi berbiaya mahal. Tak disangka, rupanya di Kampar orang sudah membuat terobosan sistem pertanian terpadu," katanya.

"Dengan biaya rendah, hasil bisa maksimal. Satu program mencakup banyak hal sekaligus seperti pertanian, peternakan sampai upaya menyediakan energi secara mandiri. Sifat praktis dengan hasil optimal ini yang telah membuat kami terpikat," sambung Saadin.

Menurut Saadin, di daerahnya juga banyak terdapat warga yang masuk dalam kategori miskin, dan mereka umumnya adalah petani.

Didukung adanya program dari pemerintah setempat dalam mengentaskan petani miskin, petani yang masuk kategori miskin ini selanjutnya dimasukkan oleh pemerintah setempat untuk mengikuti PPRT (project petani rakyat termiskin), sebuah program yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

"Petani yang masuk PPRT adalah warga yang pendapatannya di bawah 3.000 ringgit. Orang-orang ini yang akan dibantu untuk maju agar dapat bersaing," ucapnya.

Adanya program RTMPE yang ada di Kampar inilah yang menarik Dato Saarani bin Mohammad dari Kerajaan Perak bersama Dato Ismail dan membawa sejumlah pejabat Kerajaan Perak untuk datang langsung meninjau RTMPE di Kampar, dan akhirnya tertarik untuk mengaplikasikannya kepada masyarakat petani yang ada di Kerajaan Perak.

Menurutnya, usai mengikuti program pelatihan RTMPE selama dua pekan, selanjutnya para peserta akan dibantu oleh Yayasan Bina Usaha (YBU) serta Jawatan Hewan dari Kerajaan Perak untuk segi permodalan untuk membuat RTMPE di kampung peserta masing-masing di Kerajaan Perak.

"Kami sudah lama tahu bahwa kotoran ternak dapat menjadi sumber energi. Hal ini juga telah dilakukan di India, namun daripada kami belajar ke India yang lokasinya jauh, lebih baik kami belajar di RTMPE di Kampar ini," ucapnya.

Di lain waktu, Direktur Jenderal (Dirjen) Usaha Ekonomi Pedesaan Kementerian Desa (Kemendes) Republik Indonesia, Sugeng Haryono berharap agar peserta pelatihan RTMPE segera mengimplementasikan ilmu yang didapat selama di P4S Kubang Jaya, Siak Hulu.
BUPATI Kampar, Jefry Noer menunjukkan lampu penerangan yang dinyalakan dengan gas hasil olahan dari kotoran sapi.

"Semua ilmu yang didapat di sini harus diimplementasikan segera. Karena saat ini semua desa berkompetisi menuju ke level yang lebih tinggi yakni sejahtera. Apalagi ada dana desa yang digelontorkan dari pusat sebesar Rp 800 juta untuk setiap desa," kata Sugeng.

Hal itu disampaikannya saat memberikan motivasi kepada peserta pelatihan Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Energi (RTMPE), baik yang berasal dari Negeri Perak Malaysia maupun masyarakat desa dari Kabupaten Kampar di lokasi Pelatihan P4S Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu, baru-baru ini.

"Jika di setiap desa berdiri RTMPE  ini, maka semua akan  bisa sejahtera. Apalagi nantinya Bupati akan mendirikan BUMDes di setiap desa, akan tambah berkembang kesejahteraan masyarakat desa nantinya," tutur Sugeng.

Bupati Kampar juga menjelaskan bahwa pelatihan di P4S Kubang Jaya adalah satu-satunya pelatihan di Indonesia yang tidak memakai uang saku. Soalnya, jika diberikan uang saku, peserta hanya berharap uang saku saja, bukan ilmu pengetahuan.

Bupati Kampar menegaskan kepada para peserta pelatihan agar jangan menunda untuk menjadi orang kaya dan masuk surga.

"Jika pulang, langsung lakukan sesuatu untuk mengimplentasikan ilmu yang sudah didapatkan di pelatihan P4S, khususnya RTMPE. Jangan tunggu lagi," sarannya.

Diingatkan kepada peserta pelatihan agar menanam cabai harus PH-nya di atas 7. Begitu juga bawang merah. Dan jika memelihara sapi, jangan buang kotoran karena itu bisa dijadikan pupuk.

"Jika benar-benar mampu para petani mengolahnya, maka penghasilannya sudah Rp 17 juta perbulan dari urine dan kotorannya saja ujar Jefry Noer. (adv/pemkab kampar)





Berita Lainnya :
 
  • Seleksi Calon Polisi, Ribuan Peserta Padati Mapolda Riau
  • Pemprov Riau Gelar Upacara Peringatan Hari Otonomi Daerah ke-28
  • 5.274 JCH Riau Mulai Diberangkatkan 12 Mei 2024
  • Kapolda Riau adakan Halal Bihalal bersama PD IV KBPP POLRI dan IKAL Propinsi Riau
  • Lantik Pengurus PWI Kuansing, Raja Isyam : Jaga Nama Baik Organisasi dan Selalu Kritik
  • Lolos Semifinal Piala Asia U-23 2024, Indonesia Cetak Sejarah
  • Halal Bihalal Polresta Pekanbaru, 2 Personil Terima Tiket Umroh dari Kapolda Riau
  • Indosat Ooredoo Hutchison Catat Lonjakan Trafik Data Sebesar 17% Sepanjang Hari Raya Idulfitri
  • Menjelajah Dunia Migas di Dumai Expo 2024: Edukasi dan Kontribusi untuk Masa Depan
  •  
     
     
     
     
    Copyright © 2014-2016
    PT. Surya Cahaya Indonesia,
    All Rights Reserved