Senin, 31/08/20
 
Ketiadaan Biaya Anak Autis Dititip di Panti Anak Cacat.

Derry | LifeStyle
Minggu, 17/07/2022 - 23:37:00 WIB
Foto : Natan di Panti anak cacat
TERKAIT:
   
 
PEKANBARU,Riaueksis.com- untuk memberikan pendidikan agar anak autis bisa bersosialisasi dengan masyarakat dan menjadi manusia yang mandiri,membutuhkan perjuangan yang tidak mudah ,terapi yang berkelanjutan dan dukungan penuh dari keluarga.

Ketika anak autis masih balita walaupun repot tapi masih bisa ditangani oleh orang tua untuk mengurus dan merawatnya.

Setelah anak menjadi remaja, dan mengalami masa pubertas, orang tua mulai mengalami kesulitan dalam merawat dan menjaganya.

Hal ini dikarenakan fisik anak yang semakin besar dan kuat, dan keinginan anak autis untuk mengenal dunia luar, sementara, anak autis tidak bisa memahami lingkungannya, juga tidak bisa beradaptasi seperti anak- anak normal,mereka tidak tahu kalau apa yang dilakukannya akan mengganggu orang lain.
Yang berakibat masyarakat masih kurang bisa menerima keberadaan anak autis dilingkungan mereka.

Kebanyakan orang tua yang mempunyai anak autis hanya mampu mengantar anaknya terapi sampai usia sekolah dasar, itupun hanya sebatas rata- rata dua jam per hari yang artinya masih jauh dari yang dibutuhkan
Walaupun ada beberapa orang tua yang mempunyai anak penyandang Autis berhasil memberikan pendidikan yang baik sampai anak itu dewasa.
Tapi masih sangat sedikit..

Rata rata orang tua menghentikan terapi anaknya karena faktor biaya.
Meskipun mereka tetap berusaha memberikan pendidikan dengan menyekolah anak autis di sekolah luar biasa, yang tentu saja berbeda cara memdidiknya dengan anak- autis.

Namun di sekolah SLB inipun tidak lama karena orang tua kembali terkendala biaya dan kemampuan untuk mengawasi anak tersebut.

" Saya tidak bisa terus menemani Natan sekolah di SLB karena sebagai orang tua tunggal saya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari.
Kalau tidak ditemani disekolah , Natan sering kabur dan saya akan sulit untuk mencarinya" kata Lena.

" Pernah beberapa kali Natan kabur dari sekolah ,.sampai 24 jam baru bisa ditemukan, akhirnya Natan terpaksa berhenti sekolah di SLB itu jelas ibunya.

Sekarang usia Natan sudah 24 tahun sangat sulit menjaganya, karena Ia hyperaktif dan tenaganya kuat, butuh pengawasan khusus, karena sewaktu- waktu bisa saja dia mengamuk menendang dan memukul tanpa sebab yang jelas

Untuk membayar pengasuh atau pengawal untuk Natan jelas membutuhkan uang yang cukup banyak ibunya jelas tidak mampu karena penghasilan yang tidak tetap dan pas pasan.

Dulu demi menjaga Natan sering abangnya yang sedang kuliah terpaksa pulang untuk mengatasi Natan yang mengamuk atau mencarinya keliling kota karena kabur.

" Karena Abangnya sering bolos untuk menjaga Natan,berakibat nilai dan prestasi abangnya menurun ,sering terjadi Abangnya saya suruh bolos kuliah untuk menjaga Natan,karena saya harus bekerja.
Semua keluarga mau tidak mau harus terlibat untuk menjaga anak penyandang autis ini." Lanjutnya.

Sang ibu yang gigih ini berusaha mencari sekolah untuk anak autis yang kabarnya bisa membuat anak menjadi mandiri dan punya penghasilan untuk masa depannya,
Dimana anak- anak penyandang autis diberi pelatihan berkebun,merawat kolam ikan , beternak ayam dan sebagainya,

Setelah searching di internet,Saya temukan beberapa sekolah seperti itu di pulau jawa.
" Saya konsultasi lewat Whatshap tapi ternyata biayanya sangat mahal 35 juta Rupiah untuk uang masuk dan 5 juta Rupiah uang bulanan, itupun harus observasi dulu, belum pasti diterima sekolah disitu, saya juga menghitung - hitung biaya untuk mengantar Natan ke Kota Kudus berdua abangnya
Ya Allah darimana saya bisa mendapatkan uang untuk membayar semua itu? " Ucapnya pelan.

Sekarang usia Natan semakin dewasa dan semakin banyak keinginan dan ibu Natan pun semakin tua dan rapuh,tidak kuat lagi untuk menahan pukulan, tinju dan tendangan Natan.
Sementara ia juga harus merawat ibundanya yang sudah renta berusia 80 tahun dan harus semuanya dilayani.

Abang Natan kini sudah menikah dan sudah pindah rumah, akhirnya dengan berat hati ibu dan abang Natan mengambil
Keputusan yang sangat berat untuk menitipkan Natan di Panti anak cacat ( SLB) berasrama di Siak.

"Biaya terapi dan mondok di Panti anak cacat ini lumayan murah, tapi tetap saja harus bersusah payah untuk bisa membayarnya.

Sebagai ibu s
Sudah dirinya sangat sedih harus meninggalkan anak bungsunya di panti anak cacat yang harus sekamar dengan
Anak cacat, epilepsi, anak korban korban kekerasan orang tua, anak- nakal yang dipungut di jalanan, down sindrom dan lain- lain.

"Tapi harus bagaimana lagi saya menitipkan Natan di panti karena ketidak mampuan saya untuk merawatnya "

Matanya menerawang menatap jauh , rasa sedih jelas membayang diwajahnya ,"Sering saya galau ketika terlintas pikiran bagaimana nasib anak autis saya ini kalau saya mati ?
namun saya menghibur hati ini dengan mengatakan Allah punya rencana yang indah untuk anak saya Natan" katanya Lirih ( len)
















Berita Lainnya :
 
  • Indosat Ooredoo Hutchison Catat Lonjakan Trafik Data Sebesar 17% Sepanjang Hari Raya Idulfitri
  • Menjelajah Dunia Migas di Dumai Expo 2024: Edukasi dan Kontribusi untuk Masa Depan
  • Hari Kartini, PHR Junjung Tinggi Kesetaraan dalam Berkontribusi Bagi Negeri
  • Rangkaian HUT ke-7 Tahun, SMSI Riau Gelar Workshop ''Publisher Rights'' Bersama Ketua Dewan Pers
  • Camat Mandau Dorong Pembentukan DPW IKA Plus Bengkalis, Freddy Antoni Terpilih Sebagai Ketua
  • Rumah Sakit Alihkan Pasien Belum Aktif UHC ke Umum, Diskes Pekanbaru Ancam Putus Kerjasama
  • Pemkab Bengkalis Terus Pacu Percepatan Pembangunan Jembatan Bengkalis-Bukit Batu
  • Bupati Kasmarni Harap Kepala Sekolah Fokus dan Optimalkan Kinerja Demi Kemajuan Pendidikan
  • Taklimat Akhir Audit Kinerja Itwasda Polda Riau, Kapolda: Kalau Tidak Betul Segera Ganti
  •  
     
     
     
     
    Copyright © 2014-2016
    PT. Surya Cahaya Indonesia,
    All Rights Reserved