Walau Dilahirkan dan Dibesarkan di Komunitas Yahudi, Mereka Tetap Kritik Penjajahan Palestina
|
, - WIB
|
ilustrasi
|
TERKAIT:
New York (RiauEksis.Com) - Walaupun dilahirkan dan dibesarkan di komunitas Yahudi London dan keluarga zionis yang berkomitmen, Barnaby Raine tidak akan merayakan seratus tahun Deklarasi Balfour.
Mahasiswa PhD di Columbia University New York tersebut merupakan seorang praktisi Yahudi, yang ibunya adalah bagian dari gerakan sosialis Zionis di masa mudanya dan kemudian menghabiskan waktu dengan peternakan di Israel
Namun, komitmen terhadap penyebab Zionis tidak dimiliki oleh anaknya, yang sekarang menjadi kritikus Israel yang keras dan peran yang dimainkan Inggris dalam penciptaan negara itu. "Saya sekarang seorang anti-Zionis yang tegas," kata Raine dilansir dari laman Aljazirah, Kamis (2/11).
"Di salah satu sudut planet di Palestina, kami diminta percaya bahwa nilai-nilai Yahudi berarti tidak 'memperbaiki dunia' tapi menghancurkannya, bukan melawan penindasan tapi menanamnya dengan kekerasan yang mengerikan," katanya.
Sebagai mahasiswa sejarah, Raine mengkritik peran Inggris dalam memberdayakan gerakan Zionis awal, yang dia anggap sebagai hasil dari kepentingan pribadi kolonial daripada perhatian tulus terhadap aspirasi orang-orang Yahudi.
Dia berpendapat bahwa kekuatan kekaisaran, seperti Inggris, memiliki kebijakan lama untuk menggunakan pemukim dari Eropa di wilayah penjajahan untuk membantu pemerintahan kerajaan mereka.
"Orang Inggris melakukan hal serupa di Afrika Selatan. Penjajah pemukiman, entah Yahudi atau Boer, menjadi polisi kerajaan," jelas Raine.
Dukungan Inggris untuk Zionis, bukan karena legitimasi klaim mereka terhadap Palestina. Palestina bukan pertemuan malang antara dua gerakan nasional, masalahnya selalu nasionalisme kolonial tunggal, yang tidak mengizinkan tempat yang sama di suatu wilayah untuk penduduk pribumi (penjajahan).
Warga Yahudi lainnya, Adam Sutcliffe, pembaca Sejarah Eropa di King's College London, juga mengkritik penjajahan atas Palestina. Meskipun lahir di London, keluarga Sutcliffe berasal dari Afrika Selatan dan sebagian besar berasal dari Yahudi Eropa Timur.
Dibesarkan di sebuah keluarga Yahudi sekuler, penolakan orang tuanya terhadap diskriminasi membantunya mengenali situasi serupa di Israel-Palestina. Saat deklarasi Balfour dibuat, kata Sutcliffe, warga Yahudi masih sedikit dan tinggal di berbagai negara.
Sutcliffe menjelaskan bahwa banyak orang Yahudi khawatir dilihat sebagai 'tidak patriotik' di negara tempat mereka tinggal dan berpikir bahwa pendirian sebuah negara Yahudi dapat membahayakan status mereka sebagai warga negara tempat mereka tinggal. (min/re)
sumber: republika.co.id